Alkisah pada suatu hari, ada
seorang lelaki yang tidak berkenan pada sikap istrinya yang mengikuti ajaran
seorang Sufi. Di mana, sosok Sufi tersebut dikenal bijaksana dan zuhud dalam
menjalani hidupnya.
Mengingat hal itu, dengan kesal sang suami pun datang ke tempat
sufi tersebut mengajar. Karena kekesalannya, lelaki itu memaki-maki Sang Sufi
dan meludahi wajahnya di depan murid-muridnya.
Akibat perbuatan itu, murid-murid
sang sufi sontak sangat marah atas penghinaan itu dan ingin menangkap dan
menghukum lelaki tersebut. Namun Sang Guru mencegah dan berkata: ”Biarkanlah,
itu sudah berlalu.”
Dengan kesal para murid
melepaskan lelaki tersebut. Sadar akan bahaya yang baru saja lewat dan
mendapati dirinya malah diselamatkan, lelaki itupun menyesal. Apalagi kemudian
diketahuinya bahwa ternyata sang Sufi benar-benar orang bijaksana.
Pada keesoka harinya, lelaki itu kembali mendatangi tempat Sang
Sufi mengajar, dan bersimpuh di hadapannya seraya berucap maaf, ”Ampunilah aku
atas kekurangajaranku.”
Sufi itu mengenali lelaki itu dan berujar, ”Tapi untuk apa aku
mengampunimu? Bukankan engkau tak memiliki kesalahan apapun padaku?”
Lelaki itu menjawab, ”Tapi akulah yang menghina Guru kemarin,
apakah Guru tidak mengenaliku lagi?”
Sang Sufi tersenyum dan berkata: ”Ketahuilah saudaraku, aku
masih mengenali wajahmu. Hanya saja aku yang hari ini sudah bukan aku yang
kemarin lagi. Kita mengalir dalam kehidupan bersama berjalannya waktu. Kita
selalu terlahir baru setiap hari, maka peristiwa yang sudah berlalu biarlah
berlalu. Aku yang hari ini adalah aku yang baru, aku yang anda hinakan itupun
sudah tidak ada lagi. Demikian pula dengan anda, anda yang menghina aku kemarin
adalah orang yang berbeda dengan anda hari ini. Dan anda yang hari ini tidak
berhutang maaf padaku. Tidak ada yang perlu dimaafkan.”
Itulah sekelumit kisah seorang sufi, yang tidak menanam
kemarahan dan dendam meski orang lain menghinakan dirinya.
Alangkah nikmatnya dunia ini jika setiap manusia memiliki sifat
seperti sufi itu, sehingga dunia ini menjadi aman, tentram dan damai (Sumber : Aktual.com)
0 komentar:
Posting Komentar