Rabu, 09 September 2015

Alkisah pada suatu hari, ada seorang lelaki yang tidak berkenan pada sikap istrinya yang mengikuti ajaran seorang Sufi. Di mana, sosok Sufi tersebut dikenal bijaksana dan zuhud dalam menjalani hidupnya.
Mengingat hal itu, dengan kesal sang suami pun datang ke tempat sufi tersebut mengajar. Karena kekesalannya, lelaki itu memaki-maki Sang Sufi dan meludahi wajahnya di depan murid-muridnya.
Akibat perbuatan itu, murid-murid sang sufi sontak sangat marah atas penghinaan itu dan ingin menangkap dan menghukum lelaki tersebut. Namun Sang Guru mencegah dan berkata: ”Biarkanlah, itu sudah berlalu.”
Dengan kesal para murid melepaskan lelaki tersebut. Sadar akan bahaya yang baru saja lewat dan mendapati dirinya malah diselamatkan, lelaki itupun menyesal. Apalagi kemudian diketahuinya bahwa ternyata sang Sufi benar-benar orang bijaksana.
Pada keesoka harinya, lelaki itu kembali mendatangi tempat Sang Sufi mengajar, dan bersimpuh di hadapannya seraya berucap maaf, ”Ampunilah aku atas kekurangajaranku.”
Sufi itu mengenali lelaki itu dan berujar, ”Tapi untuk apa aku mengampunimu? Bukankan engkau tak memiliki kesalahan apapun padaku?”
Lelaki itu menjawab, ”Tapi akulah yang menghina Guru kemarin, apakah Guru tidak mengenaliku lagi?”
Sang Sufi tersenyum dan berkata: ”Ketahuilah saudaraku, aku masih mengenali wajahmu. Hanya saja aku yang hari ini sudah bukan aku yang kemarin lagi. Kita mengalir dalam kehidupan bersama berjalannya waktu. Kita selalu terlahir baru setiap hari, maka peristiwa yang sudah berlalu biarlah berlalu. Aku yang hari ini adalah aku yang baru, aku yang anda hinakan itupun sudah tidak ada lagi. Demikian pula dengan anda, anda yang menghina aku kemarin adalah orang yang berbeda dengan anda hari ini. Dan anda yang hari ini tidak berhutang maaf padaku. Tidak ada yang perlu dimaafkan.”
Itulah sekelumit kisah seorang sufi, yang tidak menanam kemarahan dan dendam meski orang lain menghinakan dirinya.
Alangkah nikmatnya dunia ini jika setiap manusia memiliki sifat seperti sufi itu, sehingga dunia ini menjadi aman, tentram dan damai (Sumber : Aktual.com)

Related Posts:

  • Usai Pelantikan & Rapat Kerja ..... Setelah lama dalam perundingan menata arah gerak IPM TanaToraja dua tahun ke-depan dalam forum Raker hari Ahad 20-september-2015,  Ketua PD IPM Tana Toraja(Ramadhan Palimbong) tengah sibuk dengan sejumlah persiapan d… Read More
  • Pelajar Muhammadiyah dan NU Gelar Tasyakuran HUT ke-70 RI Jakarta - Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan yang ke-70 Republik Indonesia, pelajar Muhammadiyah dan NU menggelar acara bersama. Kegiatan ini diinisiasi oleh Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), P… Read More
  • Beraksi Se-pekan usai Pelantikan.... Kajian Intensif Ranting-Cabang &- Rapat Konsolidasi IPM Tana Toraja - Pimpinan Daerah IPM Tana Toraja 2015-2017 bersama Kajian Dakwah Islam PD IPM Tana Torajamelaksanakan kajian Intensif ranting dan cabang pada hari/t… Read More
  • IPM: Revolusi Mental Mutlak Dari Gerakan Literasi Surabaya - Jelang Konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiiwil) se-Indonesia, yang akan digelar akhir bulan Desember 2015 ini, Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), selenggarakan Seminar Nasional di Gedung Dakwah Muha… Read More
  • Gubernur Sulsel: Negara Butuh Muhammadiyah Makassar- Negara besar seperti Indonesia ini membutuhkan peran Muhammadiyah sebagai kekuatan civil society yang mempunyai kontribusi riil di ranah sosial kemasyarakatan. Pendidikan dan kesehatan yang selama ini menjadi core … Read More

0 komentar:

Posting Komentar

PD IPM TANA TORAJA. Diberdayakan oleh Blogger.

Random Posts

News

Design

Popular Posts

Info Pelajar Indonesia

1. _____________

2. _____________

3. _____________

4. _____________

5. _____________