IPM Tana Toraja sebagai tuan rumah dalam kegiatan STUDY BUDAYA Ikatan Pelajar Muhammadiyah Se-Sulawesi Selatan 2016, yang dilaksanakan pada hari Sabtu - Ahad / tanggal 09 – 10 Januari 2016, bertempat di Ne'gandeng (Toraja Utara), dengan mengusung tema " “Merancang Mozaik, lestarikan budaya warnai pelajar Inspiratif ” jumlah peserta dari kegiatan ini 104 orang yang menjadi utusan dari berbagai Daerah di sulawesi selatan. Dalam kegiatan tersebut juga turut hadir ketua PD Muhammadiyah Toraja Utara Wilson Abdullah dan ketua PDM Toraja Utara sementara Muhsin hamid bersama Sudirman ketua majelis kader PD Muhammadiyah Tana Toraja. Kegiatan tersebut juga di rangkaikan dengan seminar seputar budaya Tana toraja dengan menghadirkan kepala Dinas Pariwisata Toraja Utara bersama Herman Tahir Sekretaris PDM Tana Toraja sebagai pemateri dalam seminar tersebut, tak hanya itu tetapi kegiatan ini juga mengajak peserta untuk berkunjung ke-beberapa objek wisata lainnya seperti kete' kesuk, namun tak kalah seruhnya dalam Study Budaya ini juga di rangkaikan dengan Tudang Sipulung dengan memberi kesempatan kepada seluruh peserta untuk, maju ke depan forum kegiatan dan presentase terkait dengan adat/tradisi dan budaya dari setiap daerahnya. "Kegiatan semacam inilah yang kami tunggu yang kami nantikan kehadirannya dimana bukti bahwa masi saja ada sekelompok pelajar utamanya pelajar Muhammadiyah yang peduli terhadap budaya daerahnya, Ipm ...!! lanjutkan perjuangannya sukses selalu .." (Ujar Wilson Abdullah/ketua PDM Toraja Utara dalam sambutannya).
Minggu, 03 April 2016
Selasa, 22 Desember 2015
- 15.58
- ipmtoradja
- No comments
Tana Toraja – Pimpinan Daerah
Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kabupaten Tana Toraja (PD IPM Tana Toraja)
menyelenggarakan Pelatihan Kader Taruna Melati 1 dan 2 (PKTM 1 - 2) yang
merupakan perkaderan formal di IPM sebagai salah satu bentuk proses pengkaderan
IPM. PKTM 1 dan 2 ini berlangsung sejak hari Ahad, 21-25 Desember 2015. Kegiatan
yang mengusung tema “Membangun Kepribadian Yang Berkualitas Dan Berkarakter
Menuju Gerakan Pelajar Muslim Yang Berkemajuan” ini diikuti oleh 6 peserta PK
TM I dan 10 PK TM 2 yang terdiri dari 1 Pelajar SMP sederajat dan 15 pelajar SMA
sederajat dari Madrasah Aliyah Negeri Makale Kabupaten TanaToraja dan SMA 1
Makale. Menurut Master of Training PKTM 1, Ipmawan Satria, tema PKTM 1 dan 2
tersebut diangkat agar membangkitkan kembali budaya kritis dan berkarakter di
kalangan pelajar Muhammadiyah Tana Toraja.
Kegiatan yang berlangsung di Madrasah
Aliyah Negeri Makale ini memiliki 6 materi pokok yang didiskusikan oleh
peserta. Materi-materi tersebut adalah Rukun Iman sebagai Paradigma Gerakan
Ilmu, Ideologi Muhammadiyah, Falsafah Gerakan dan Perkaderan IPM, Manajemen
Organisasi dan Analisis SWOT, Membangkitkan Semangat Keilmuan, serta Paradigma
gerakan IPM Tana Toraja berbasis keummatan. Adapun pemateri untuk materi-materi
tersebut adalahsebahagian dari Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sulawesi
Selatan (PW IPM SULSEL) yaitu Ipmawan Syamsul Bakri ,Pimpinan Daerah
Muhammadiyah (PDM) Tana Toraja, serta Pimpinan Cabang dan Daerah Aisyiyah Tana
Toraja .
Kegiatan PKTM 1 - 2 yang diketuai
oleh Ipmati Intan Nurul ini membawa harapan besar akan munculnya kader-kader
IPM yang kritis dan berilmu serta berkarakter, kuat dalam ideologi, rapi dalam
organisasi, serta unggul dalam prestasi. “Harapan ke depannya adalah
terwujudnya pelajar kritis yang dapat bersaing dengan perkembangan zaman, saat
ini” demikian Ipmawati Intan menjelaskan ketika ditanya mengenai output yang
diharapkan dari kegiatan PKTM 1-2 PD IPM Tana Toraja ini.
Senin, 14 Desember 2015
- 08.51
- ipmtoradja
- No comments
Jakarta – Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia kembali menobatkan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai organisasi kepemudaan (OKP) Berprestasi tahun 2015 memperebutkan Soegondo Djojopoespito Award (12/12/15). IPM berhasil menjadi juara I OKP berprestasi 2015 menggunguli organisasi lainnya setelah melalui proses penilaian selama 2 bulan terakhir.
Deputi I Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Dr. Yuni Poerwanti mengatakan pemilihan ini bertujuan untuk meningkatkan peran OKP dalam berkiprah di masyarakat dan menguatkan kualitas internal organisasi. “saya mengucapkan selamat kepada IPM menjadi Juara” ujar Yuni saat penganugerahan OKP Berprestasi 2015 di hotel Best Western Horitson Jakarta Utara.
Dalam pemilihan tersebut penilaian meliputi administrasi, kinerja organisasi, karya dan pelaksanaan program yang memberi dampak perubahan sosial. Juara dalam dalam kompetisi ini berkesempatan untuk mewakili Indonesia di ajang Internasional. Ketua Umum Pimpinan Pusat IPM Muhammad Khoirul Huda, mengatakan terpilihnya IPM sebagai OKP berprestasi 2015 diharapkan bisa memacu semangat kadef untuk terus berperan bagi kemajuan bangsa “penghargaan ini kami persembahkan kepada seluruh pelajar Indonesia dimanapun berada yang tiada henti membangun negeri dengan karya dan prestasi tanpa kenal lelah” ujarnya.
Program yang diajukan oleh IPM adalah Book On The Street yang merupakan kelanjutan dari program Rumah Baca dan gerakan Iqro yang pernah di canangkan oleh IPM sejak 2006. Program Book On The Street merupakan ikhtiar IPM untuk meningkatkan minat baca masyarakat dengan menghadirkan tempat baca di ruang publik. Atas keberhasilannya, IPM berhak mendapatkan uang pembinaan dari pemerintah sebesar Rp 40 juta. IPM juga akan mewakili Indonesia untuk mengikuti ajang ASEAN TAYO (Ten Accomplished Youth Organization in Asean) mendatang.( By : PP IPM )
Deputi I Bidang Pemberdayaan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Dr. Yuni Poerwanti mengatakan pemilihan ini bertujuan untuk meningkatkan peran OKP dalam berkiprah di masyarakat dan menguatkan kualitas internal organisasi. “saya mengucapkan selamat kepada IPM menjadi Juara” ujar Yuni saat penganugerahan OKP Berprestasi 2015 di hotel Best Western Horitson Jakarta Utara.
Dalam pemilihan tersebut penilaian meliputi administrasi, kinerja organisasi, karya dan pelaksanaan program yang memberi dampak perubahan sosial. Juara dalam dalam kompetisi ini berkesempatan untuk mewakili Indonesia di ajang Internasional. Ketua Umum Pimpinan Pusat IPM Muhammad Khoirul Huda, mengatakan terpilihnya IPM sebagai OKP berprestasi 2015 diharapkan bisa memacu semangat kadef untuk terus berperan bagi kemajuan bangsa “penghargaan ini kami persembahkan kepada seluruh pelajar Indonesia dimanapun berada yang tiada henti membangun negeri dengan karya dan prestasi tanpa kenal lelah” ujarnya.
Program yang diajukan oleh IPM adalah Book On The Street yang merupakan kelanjutan dari program Rumah Baca dan gerakan Iqro yang pernah di canangkan oleh IPM sejak 2006. Program Book On The Street merupakan ikhtiar IPM untuk meningkatkan minat baca masyarakat dengan menghadirkan tempat baca di ruang publik. Atas keberhasilannya, IPM berhak mendapatkan uang pembinaan dari pemerintah sebesar Rp 40 juta. IPM juga akan mewakili Indonesia untuk mengikuti ajang ASEAN TAYO (Ten Accomplished Youth Organization in Asean) mendatang.( By : PP IPM )
- 08.48
- ipmtoradja
- No comments
Surabaya - Jelang Konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiiwil) se-Indonesia, yang akan digelar akhir bulan Desember 2015 ini, Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), selenggarakan Seminar Nasional di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jawa Timur. Seminar ini mengankat tema “Politik Pendidikan di Era Jokowi”. Ahad, (6/12).
Menurut Azaki Khoirudin (Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat IPM), Seminar ini bertujuan mengevaluasi 1 tahun kinerja pemerintah periode presiden Joko Widodo. Sebagai gerakan yang fokus di dunia pelajar IPM memandang penting untuk berbicara tentang pendidikan.
Lebih-lebih pada saat kampanye, Jokowi telah menjadikan Revolusi Mental sebagai alat untuk menarik simpati rakyat. Jika Jokowi serius dengan slogan Revolusi Mental, maka sudah seharusnya program-program Jokowi harus banyak diperioritaskan pada pendidikan. “Pelajar sering menjadi korban kebijakan, ganti menteri, ganti kebijakan” tuturnya. Keadaan ini tak boleh dibiarkan,”tambah Azaki.
Seminar ini dibuka oleh Dr. Syamsuddin, M.Ag (Wakil Ketua Muhammadiyah Jawa Timur). Dalam sambutannya, ia berpesan kepada IPM sebagai generasi terdidik untuk bersikap kritis terhadap realitas sosial. Sebagai umat wasathan (tengahan) yang mampu menjadi penengah dan tampil sebagi generasi yang mampu menjawab tantangan umat, bangsa dan dunia, termasuk dunia pendidikan.
Prof. Dr. Zainuddin Maliki, M.Si (Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur) selaku pembicara pertama memulai dengan ilustrasi bahwa “Kemakmuran suatu bangsa tidak bergantung pada luasnya wilayah yang dimiliki bangsa tersebut, juga bukan pada kesuburan tanahnya. Kemakmuran suatu bangsa terletak pada jumlah pikiran yang terdidik dan moral yang tinggi. Suatu bangsa yg jumlah penduduknya kecil ... bisa saja memiliki kemakmuran ygjauh lebih besar, serta memiliki kekuatan fisik dan moral yg lebih besar daripada bangsa besar jumlah penduduknya”.
Kegagalan pendidikansaat ini menurut Zainddin Maliki, diakibatkan beberapa hal seperti: moral dan mentalitas lemah, disiplin hilang, kecerdasan interpersonal lemah, disfunctional literacy karena gagal memberi 'pengetahuan realitas', Illiterate, dan standart score test rendah. Baginya pendidikan yang baik, bukan bergantung pada kurikulum, tetapi dari pendidikan yang berangkat dari minat dan bakat siswa. Hingga ini Kemendikbud belum tuntas mengurus kurikulum. Pertanyaannya apakah Muhammadiyah tidak berani keluar dari kurikulum pemerintah? “Saya tidak percaya dengan Revolusi Mental, Kalau evolusi mental baru ada, bagi saya mengubah mental itu susah, lebih mudah mengubah fisik” tegasnya.
Zainuddin Maliki menawarkan beberapa solusi: pertama Membangun Masyarakat Pembelajar dengan memperbanyak toko buku dan perpustakaan. Kedua, mengembangkan pendidikan yang mendidik. Bukan sebaliknya pendidikan yang tidak mendididik.. Ketiga Transformasikan Survival Skillmenghadapi Abad 21/Era Globalisasi dengankurikulum progressive. Keempat, transfomasi Pendidikan Autentik, yaitu menajarkan apa yang ada dalam kehidupan (bukan hanya yang ada dalam kurikulum dan buku).Pendidikan Otentik dengan Pendidikan yang seolah-olah, dimana gurunya mengajar seolah-olah. Muridnya belajar seolah-olah. Jadi insinyur pun yang seolah-olah.
Di sisi lain, sebenarnya program dan kinerja Jokowi mengamali paradok. Hal ini disampaikan oleh pembicara kedua Moh. Mudzakkir (Sosoiolog Pendidikan, yang juga Dosen Universitas Negeri Surabaya). Pada saat kampanye Jokowi memiliki Program Populis, yaitu Kartu Indonesia Pintar (KIP) sebagai daya tarik politik kelas menengah ke bawah. Terdapat paradok di sini. Jika dulu SMK menjadikan Jokowi terkenal. Malah kini ada dalam visi misi Jokowi tidak ada untuk program SMK. Padahal SMK adalah kebutuhan riil untuk anak yang tidak bisa kuliah.
Selama ini “Pendidikan hanya sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaan. Jangan heran jika ganti menteri, ganti kebijakan” tandas Moh. Mudzakkir. Pelajar dan dunia pendidikan selalu menjadi korban kebijakan yang salah. Misalnya problem karakter saat ini adalah terletak pada elit bangsa, politisi, akan tetapi malah pendidikan yang tidak salah menjadi obyek sasaran. Apartur negara yang tidak disiplin, malah rakyat yang disiplinkan. Pemimpin bangsa ini yang korupsi. Pelajar yang tidak bersalah menjadi korban kurikulum karanter dan pendidikan antikorupsi. Seharusnya yang dibereskan adalah elite negeri ini, bukan pelajar yang tak bersalah.
IPM Tentuharus menggalakkan danmeningkatkan tradisi membaca, pengadaan perpustakaan. Kalau komunis merebut alat-alat reproduksi. Maka IPM dengan paradigma kritisnya merebut alat produksi pengetahuan. Kampanye Buku, gerakan membaca. Karena Revolusi Mental tak akan terjadi tanpa adanya budaya membaca dan literasi di masyarakat. (By : PP IPM)
Menurut Azaki Khoirudin (Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat IPM), Seminar ini bertujuan mengevaluasi 1 tahun kinerja pemerintah periode presiden Joko Widodo. Sebagai gerakan yang fokus di dunia pelajar IPM memandang penting untuk berbicara tentang pendidikan.
Lebih-lebih pada saat kampanye, Jokowi telah menjadikan Revolusi Mental sebagai alat untuk menarik simpati rakyat. Jika Jokowi serius dengan slogan Revolusi Mental, maka sudah seharusnya program-program Jokowi harus banyak diperioritaskan pada pendidikan. “Pelajar sering menjadi korban kebijakan, ganti menteri, ganti kebijakan” tuturnya. Keadaan ini tak boleh dibiarkan,”tambah Azaki.
Seminar ini dibuka oleh Dr. Syamsuddin, M.Ag (Wakil Ketua Muhammadiyah Jawa Timur). Dalam sambutannya, ia berpesan kepada IPM sebagai generasi terdidik untuk bersikap kritis terhadap realitas sosial. Sebagai umat wasathan (tengahan) yang mampu menjadi penengah dan tampil sebagi generasi yang mampu menjawab tantangan umat, bangsa dan dunia, termasuk dunia pendidikan.
Prof. Dr. Zainuddin Maliki, M.Si (Ketua Dewan Pendidikan Jawa Timur) selaku pembicara pertama memulai dengan ilustrasi bahwa “Kemakmuran suatu bangsa tidak bergantung pada luasnya wilayah yang dimiliki bangsa tersebut, juga bukan pada kesuburan tanahnya. Kemakmuran suatu bangsa terletak pada jumlah pikiran yang terdidik dan moral yang tinggi. Suatu bangsa yg jumlah penduduknya kecil ... bisa saja memiliki kemakmuran ygjauh lebih besar, serta memiliki kekuatan fisik dan moral yg lebih besar daripada bangsa besar jumlah penduduknya”.
Kegagalan pendidikansaat ini menurut Zainddin Maliki, diakibatkan beberapa hal seperti: moral dan mentalitas lemah, disiplin hilang, kecerdasan interpersonal lemah, disfunctional literacy karena gagal memberi 'pengetahuan realitas', Illiterate, dan standart score test rendah. Baginya pendidikan yang baik, bukan bergantung pada kurikulum, tetapi dari pendidikan yang berangkat dari minat dan bakat siswa. Hingga ini Kemendikbud belum tuntas mengurus kurikulum. Pertanyaannya apakah Muhammadiyah tidak berani keluar dari kurikulum pemerintah? “Saya tidak percaya dengan Revolusi Mental, Kalau evolusi mental baru ada, bagi saya mengubah mental itu susah, lebih mudah mengubah fisik” tegasnya.
Zainuddin Maliki menawarkan beberapa solusi: pertama Membangun Masyarakat Pembelajar dengan memperbanyak toko buku dan perpustakaan. Kedua, mengembangkan pendidikan yang mendidik. Bukan sebaliknya pendidikan yang tidak mendididik.. Ketiga Transformasikan Survival Skillmenghadapi Abad 21/Era Globalisasi dengankurikulum progressive. Keempat, transfomasi Pendidikan Autentik, yaitu menajarkan apa yang ada dalam kehidupan (bukan hanya yang ada dalam kurikulum dan buku).Pendidikan Otentik dengan Pendidikan yang seolah-olah, dimana gurunya mengajar seolah-olah. Muridnya belajar seolah-olah. Jadi insinyur pun yang seolah-olah.
Di sisi lain, sebenarnya program dan kinerja Jokowi mengamali paradok. Hal ini disampaikan oleh pembicara kedua Moh. Mudzakkir (Sosoiolog Pendidikan, yang juga Dosen Universitas Negeri Surabaya). Pada saat kampanye Jokowi memiliki Program Populis, yaitu Kartu Indonesia Pintar (KIP) sebagai daya tarik politik kelas menengah ke bawah. Terdapat paradok di sini. Jika dulu SMK menjadikan Jokowi terkenal. Malah kini ada dalam visi misi Jokowi tidak ada untuk program SMK. Padahal SMK adalah kebutuhan riil untuk anak yang tidak bisa kuliah.
Selama ini “Pendidikan hanya sebagai alat untuk melegitimasi kekuasaan. Jangan heran jika ganti menteri, ganti kebijakan” tandas Moh. Mudzakkir. Pelajar dan dunia pendidikan selalu menjadi korban kebijakan yang salah. Misalnya problem karakter saat ini adalah terletak pada elit bangsa, politisi, akan tetapi malah pendidikan yang tidak salah menjadi obyek sasaran. Apartur negara yang tidak disiplin, malah rakyat yang disiplinkan. Pemimpin bangsa ini yang korupsi. Pelajar yang tidak bersalah menjadi korban kurikulum karanter dan pendidikan antikorupsi. Seharusnya yang dibereskan adalah elite negeri ini, bukan pelajar yang tak bersalah.
IPM Tentuharus menggalakkan danmeningkatkan tradisi membaca, pengadaan perpustakaan. Kalau komunis merebut alat-alat reproduksi. Maka IPM dengan paradigma kritisnya merebut alat produksi pengetahuan. Kampanye Buku, gerakan membaca. Karena Revolusi Mental tak akan terjadi tanpa adanya budaya membaca dan literasi di masyarakat. (By : PP IPM)
Jumat, 30 Oktober 2015
- 02.06
- ipmtoradja
- No comments
Makassar- Negara besar seperti Indonesia ini membutuhkan peran Muhammadiyah sebagai kekuatan civil society yang mempunyai kontribusi riil di ranah sosial kemasyarakatan. Pendidikan dan kesehatan yang selama ini menjadi core Muhammadiyah telah memberikan sumbangsih besar pada Negara, dan menjadi kewajiban pemerintah untuk bahu membahu dengan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih maju. Hal tersebut disampaikan Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo dalam silaturahim Pimpinan Pusat Muhammaadiyah di kantor Gubernur Jl. Jenderal Urip Sumohardjo, Makassar, Sulsel, Rabu (28/10). Hadir dalam silaturahim tersebut, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua PP ‘Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini, Bendahara PP Muhammadiyah Marpuji Ali, Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto, Ketua PP ‘Aisyiyah Siti Aisyah, Ketua Panitia Pusat Muktamar Muhammadiyah ke-47 Zamroni, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) SulSel Alwi Uddin, Ketua Panitia Penerima Muktamar Syaiful Saleh, dan jajaran Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah lainnya. Menurut Syahrul, akan ada banyak tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia ke depan, senergi antara pemerintah dan kekuatan ormas seperti Muhammadiyah menjadi hal yang sangat strategisi untuk menghadapinya. Syahrul berharap, dalam menghadapi era perdagangan bebas di wilayah ASEAN, Muhammadiyah dapat memberikan konsep dan langkkah strategis, karena apabila tidak dipersiapkan, dikhawatirkan bangsa Indonesia hanya akan menjadi penonton tanpa kekuatan produktif. Dalam kesempatan tersebut juga, Haedar Nashir atasnama Muhammadiyah menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan pada Gubernur Sulsel yang telah memberikan dukungan pada suksesnya penyelenggaraan Muktamar Muhammadiyah ke 47 yang dilaksanakan pada 3 – 7 Agustus 2015 lalu. Menurut Haedar, tanpa dukungan dari Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan, perhelatan Musyawarah tertinggi di Muhammadiyah tersebut tidak mungkin akan dapat berjalan dengan baik. Besarnya peserta, dan banyaknya penggunaan fasilitas umum khususnya di Makassar dan sekitarnya akan menjadi hambatan apabila tidak ada dukungan pemerintah setempat. (PP Muhammadiyah)
- 01.41
- ipmtoradja
- No comments
Jakarta - Dalam rangka memperingati hari kemerdekaan yang ke-70 Republik Indonesia, pelajar Muhammadiyah dan NU menggelar acara bersama. Kegiatan ini diinisiasi oleh Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), dan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Acara yang diselenggarakan di gedung DPP KNPI Jl. Rasuna Said tersebut dihadiri oleh aktivis pelajar Muhammadiyah dan NU baik pusat maupun wilayah. Agenda tersebut diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur atas karunia kemerdekaan Republik Indonesia. Selain itu, dalam rangka mensyukuri suksesnya Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar dan NU ke-33 di Jombang beberapa waktu yang lalu.
"Ibarat burung garuda maka Muhammadiyah dan NU adalah sayap kanan dan kirinya, Sebagai organisasi yang lahir lebih dulu dari negeri ini, Muhammadiyah dan NU memiliki peran yang cukup besar mulai dari kemerdekaan Indonesia sampai hari ini, maka hal tersebut harus disyukuri," ujar Ketum IPM M. Khoirul Huda dalam keterangan persnya, Kamis (20/8/2015).
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka meneguhkan komitmen kebangsaan kaum muda khususnya Muhammadiyah dan NU untuk bersama-sama membangun bangsa Indonesia ke depan yang lebih baik.
"Anak muda harus saling berbagi, saling menghormati dan saling mendukung, dalam forum ini bukan hanya sekedar mensyukuri tapi juga menyiapkan diri apa yang bisa dilakukan untuk pelajar di negeri ini" imbuhnya.
Ketum IPNU Khoirul Anam juga menginginkan semangat kekeluargaan antar organisasi ini bisa terus terjaga. Dalam pembicaraannya ketum IPPNU Farida Farihah juga menyampaikan bahwa tradisi silaturahmi ini telah diwariskan oleh para leluhur teutama KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim Ashari pendiri Muhammadiyah dan NU. Pada sesi terakhir dilakukan potong tumpeng merah putih dilanjutkan makan malam dan ramah tamah, agenda serupa juga akan terus dilakukan secara periodik dengan isu dan agenda aksi strategis lainnya. (Sumber : Website PP IPM)
Sabtu, 26 September 2015
- 16.41
- ipmtoradja
- No comments
Kajian Intensif Ranting-Cabang &- Rapat Konsolidasi |
PD IPM Tana Torajamelaksanakan kajian Intensif ranting dan cabang pada hari/tanggal; Sabtu/27 September-2015 sepekan usai pelantikan di Ranting Salubarani Tendang Ku'lang di Kediaman Pak Syarifuddin/ Ketua Umum PCM Mengkendek.Kajian dan rapat konsolidasi ini, diawali dengan kajian serta wejangan terlebih dahulu oleh ketua Umum PCM Mengkendek.
Pengajian-rapat konsolidasi kali ini di hadiri oleh beberapa struktural PD IPM Tana Toraja, PR IPM Tendang Ku'lang - Salubarani, PC IPM Makale, dan tentunya kegiatan ini juga turut hadir Ketua Umum PD IPM TanaToraja periode 2015-2017 (Ramadhan Palimbong).
Ketua PCM Mengkendek, Syarifuddin mengatakan, Pengajian Intensif ini danpertemuan-pertemuan seperti ini harus lebih galakkan bahkan, jikalau bisa agar kiranya IPM-pun turut serta hadir di pengajian-pengajiannya Muhammadiyah di tingkat cabang bersama Aisyiyah.
"Memang Muhammadiyah saat ini sangat membutuhkan kader yang dapat turut andil dalam meneyelesaikan berabagai persoalan Negeri ini,Negeri kita ini anandaku ...Negeri kita ini rusak hanya karena di-pimpin oleh mereka yang korup serta serakah dalam memimpin
makanya pengajian-pengajian semacam ini yang di galakkan oleh ananda-ananda di IPM setidaknya dapat meminimalisir persoalan-persoalan,bukan hanya berpikir tentang Ijazah yang hendak di terimah tetapi, tentang tanggung jawab atas pendidikan yang di emban"
Ketua PD IPM Tana Toraja/Ramadhan Palimbong, dalam sambutanny-pun mengatakan: "Kegiatan-kegiatan seperti inilah yang harus lebih di gerakkan di IPM Tana Toraja, sebab haus akan nasehat serta haus akan Ilmu adalah tanda pribadi seorang pelajar.Olehnya beberapa agenda-punyang bernafaskan Islam harus kita galakkan di Tana Toraja utamanya di tengah-tengah kehidupan
pelajar di tana toraja"__ (Muh.Danial)
Langganan:
Postingan (Atom)